Tes Review Artikel Christopher Melcherts
Oleh: Fahmi Rizal Mahendra
(Direktur Mustaqbal Institute, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya)
Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh umat Muslim untuk mejawab tantangan-tantangan tersebut. Salah satunya adalah dengan upaya-upaya pembaruan, yang terjadi dalam dua arah. Dalam satu arah, pembaruan ini telah terjadi hampir seluruhnya dalam kerangka pendidikan tradisional itu sendiri. Digerakkan sebagian besar oleh fenomena pembaruan pra-modernis, yang dorongannya masih berlanjut sejauh tertentu, pembaruan ini cenderung menyederhanakan silabus pendidikan tradisional, yang dilihatnya penuh dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu, seperti halnya teologi zaman pertengahan, cabang-cabang filsafat seperti logika, dan segudang karya tentang hukum Islam. Penyederhanaan ini berupa mengesampingkan sebagian besar karya-karya dalam disipilin-displin zaman pertengahan dan menekankan Hadits. Gerakan ini berusaha untuk memurnikan Islam dari tambahan-tambahan yang datang kemudian (Rahman, 1985, h. 164).
Pada arah yang kedua, suatu keragaman perkembangan telah terjadi, yang bisa diringkas dengan mengatakan bahwa berbagai perkembangan tersebut semuanya mencerminkan usaha untuk menggabungkan dan memadukan cabang-cabang pengetahuan lama. Dalam kasus seperti ini, lama waktu belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan institusi-institusi modern (Rahman, 1985, h. 165).
Dari pemaparan diatas, Fazlur Rahman membagi pemikiran-pemikiran pembaruan Islam menjadi empat kategori,antara lain; Revivalisme Pra-Modern, Modernisme Klasik, Neo-Revivalisme dan yang terakhir adalah Neo-Modernisme. Gerakan keempat inilah, Fazlur Rahman menganggap dirinya sebagai wakil dari gerakan Neo-Modernisme (Rahman, 1987, h. 17-20).
Artikel ini akan mengeksplor dan menjabarkan lebih jauh dari ciri-ciri, watak, tokoh-tokoh dan pemikiran yang menjadi wakil dari masing-masing gerakan tersebut, yang sebagaimana yang sudah dikategorikan oleh Fazlur Rahman.
Ada beberapa literatur yang menjabarkan dengan jelas dan baik tentang gagasan dan pemikiran Neo-Modernisme Fazlur Rahman, misalnya karya Syarif Hidayatullah yang berjudul, Intelektualisme dalam Perspektif Neo-Modernisme, yang mencoba menggali gagasan Fazlur Rahman tentang Neo-Modernisme dan tawaran-tawaran serta implikasinya bagi pemahaman pembaruan Islam (Hidayatullah, 2000).
Penelitian ini akan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dari buku-buku karya utama Fazlur Rahman. Seperti karyanya yang terkenal: Islam dan Islam dan Modernitas Tentang Transformasi Intelektual sebagai sumber utama dalam mengeskplorasi dari masing-masing gerakan tersebut, dan juga didukung oleh buku-buku karya sarjana yang lain guna untuk mendukung pemaparan yang komprehensif. Dengan begitu akan mendapatkan hasil penelitian yang utuh dan detail.
Fazlur Rahman: Biografi Singkat
Fazlur Rahman lahir di India Britania, di suatu daerah yang kini menjadi bagian dari Pakistan, pada 21 Desember 1919 dan meninggal di Chicago, pada 26 Juli 1998. Ketika wafat, beliau adalah Harold H, Swift Distinguished Service Professor of Islamic Thought di Departement of Near Eastern Languages and Civilizations, University of Chicago, tempatnya bekerja sejak 1969. Pada 1983, Rahman dianugerahi Giorgio Levi Della Vida Medal in Islamic Studies atas karyanya di bidang agama, filsafat, dan hukum Islam.
Setelah mendalami kajian-kajian keislaman tradisional secara formal maupun informal di masa mudanya, beliau melanjutkan studi ke Universitas Punjab di Lahore hingga mendapat gelar M.A. dalam bahasa Arab pada 1942. Selepas lulus, beliau bekerja di sana sebagai peneliti selama tiga tahun dan di sanalah beliau mulai mengembangkan beberapa aspek khas dari pemikiranya maupun kemudian. Masa itu adalah masa yang genting dan penuh guncangan dalam sejarah sub-kontinen India mengingat Liga Muslim India terus mendesak pemerintah kolonial Britania untuk membentuk negara Muslim terpisah di India. Pada 1946— setahun sebelum pemisahan dan pembentukan Pakistan—Rahman meninggalkan India Britania untuk melanjutkan studinya di Inggris. Pada 1949, beliau memperoleh gelar D.Phil dari Oxford University atas disertasinya mengenai ahli kedokteran dan filsuf abad ke-11, Ibn Sina- atau yang dibarat dikenal di Barat sebagai Avicenna (Rahman, 2017, h. x).
Rahman memulai karir mengajarnya pada 1950 sebagai dosen studi Persia dan filsafat Islam di Durham University, Inggris. Pada 1958, beliau diangkat sebagai associate professor pada Institute of Islamic Studies di McGill University di Montreal, Kanada yang dijabatnya selama tiga tahun. Pada 1962 Rahman kembali ke Pakistan sebagai Dewan Penasihat Ideologi Islam. Persoalan-persoalan pelik seperti perumusan konsep negara dan masyarakat Islam, serta modernisasi hukum Islam dalam konteks Pakistan yang digeluti Rahman di sana menghadapkanya pada satu pertanyaan pokok dalam sejarah Islam: hubungan agama dan politik. Meski beliau berhasil merintis sejumlah pembaruan dalam hukum perdata Islam, beberapa langkahnya itu membuat gusar kalangan yang menganggap modernis dan liberalnya terlalu radikal.
Label: filsafat
